Rabu, 10 Oktober 2007

Menanti Jiwa Besar Calon Pemimpin Kalbar


by. Hendrikus Adam BR

Persaingan menjadi fenomena menarik menjelang pilkada. Pilgub Kalbar November mendatang adalah saat tepatbagi warga Kalbar memilih pemimpinnya secara langsung. Melalui moment ini, mentalitas sportifitas pasanganmasing-masing kandidat Cagub di uji. Menang-kalahadalah hasil yang pasti. Namun demikian, adakah jiwa besar tertanam dalam diri mereka bila suatu saat dihadapkan pada kenyataan "KALAH"?

Detik-detik pemilihan secara langsung kepala daerahuntuk yang pertama kalinya oleh warga di KalimantanBarat telah didepan mata. Tepat tanggal 15 Novembermendatang, prosesi Pesta Demokrasi Pemilihan Gubernurperiode 2008-2013 dijadwalkan mencapai puncaknya.Berdasarkan hasil verifikasi penyelenggara Pilsungkada(KPUD Kalbar), empat pasang calon GUbernur dan WakilGubernur dengan urutan masing-masing; H. UsmanJa’ar-LH. Kadir, Oesman Sapta-Ignatius Lyong, H.M.Akil Mohtar-AR. Mecer dan pasangan Cornelis-ChritiandySanjaya ditetapkan sebagai peserta Pilkada Kalbar.

Banyaknya pasangan kandidat yang maju dalam perhelatanPilkada kedepan, setidaknya telah terbuka ruang bagiwarga Kalbar untuk menenetukan pilihan calon pemimpinyang diingini. Secara logis pula, dengan semakinbanyaknya kandidat yang maju, maka makin besar pulapeluang untuk menentukan pemimpin yang terbaik. Untukitu, kemerdekaan hati nurani dalam menentukan pilihandan tidak mudah terprovokasi mesti tetap terjaga. Sikap ini pula mestinya wajib didukung dan dihormatioleh para elit, terutama masing-masing pasangkandidat.

Rasanya perlu dipahami bersama bahwa perhelatanpilkada Gubernur November mendatang adalah momentuntuk memilih kepala daerah yakni pemimpin wargaKalbar dan bukan pemimpin golongan tertentu. Dengandemikian, semestinya warga jangan mudahdikotak-kotakkan hanya karena persoalan SARA yangcenderung dipersempit. Siapapun kandidat yang majudalam perhelatan tentunya memiliki peluang dankesempatan sama yang pantas diberi apresiasi. Jadi,apapun latar belakang identitasnya bila dipandanglayak oleh warga Kalbar menjadi pemimpin, makasemestinya tidak perlu diperdebatkan. Satu hal pentingmenurut penulis yang harus dibangun adalah bagaimanakita menyadari bahwa pilkada mendatang adalah gawainyawarga Kalbar yang harus dijunjung tinggi.

Ibarat sebuah pertandingan, pilkada sangat jelas memiliki aturan main yang harus dipatuhi bersama. Didalam pertandingan, menang atau kalah adalahkonsekuensi logis yang mutlak. Konsekuensi pasti(menang-kalah) atas hasil pesta demokrasi seperti initentunya telah dipahami bersama oleh setiap kandidat.Karena bila tidak dipahami, maka langkah mengundurkandiri semestinya menjadi pilihan logis yang bolehdilakukan sebelum hasilnya benar-benar terjadi.

Meski ada kecenderungan maupun kekhawatiran wargakalbar terhadap para kandidat yang mungkin tidaksportif (tidak berjiwa besar)dalam menerima hasilpilkada, maka yang mesti dilakukan adalah bagaimanakita secara bersama-sama mengawal dan mendukung prosestersebut dengan tetap menghormati hak setiap kandidatdengan berupaya membentuk opini dan pemikiran positifagar apa yang diharapkan bisa berjalan sesuai koridordan kektentuan yang diharapkan. Kewajiban ini tentunyawajib kita nantikan.

Karena Pilkada adalah pertaruhan menang dan kalah,maka jiwa besar menjadi impian kita yang harus dijawab bersama warga, terutama para pasangan calon gubernur yang akan dipilih. Kesediaan menerima hasil pilkada dengan lapang dada adalah jalan menuuju kemenangan warga Kalbar yang sesungguhnya.


*) Sekretaris Jenderal PMKRI Cabang Pontianak 06/07, Anggota Sahabat Lingkungan Kalbar (SALAK), Anggota Jaringan Rakyat Untuk Keadilan dan Perdamaian (JRKP Pontianak)

Tidak ada komentar: